Minggu, 23 Oktober 2011

Museum virtual memudahkan melihat budaya secara virtual

Kali ini saya akan membahas tentang teknologi grafis yang di terap kan untuk budaya. Budaya itu sendiri beraneka ragam jadi untuk mengetahui semua itu harus datang ke museum. Tapi di masa depan mungkin museum itu akan menjadi kompleks sumber datanya sehingga para pengunjung pun tak harus berkeliling melihat setiap sudut ruangan untuk mendapatkan informasi seisi gedung. Jadi pengunjung akan di suguhkan dengan semua perangkat teknologi yang canggih. Cukup mengetikan nama budaya itu semua data tentang budaya yang di ketik akan tersaji secara virtual.

Di bawah ini ada artikel mengenai MUSEUM VIRTUAL
Turin, - Di masa depan, pengunjung museum tak harus berputar-putar atau berkeliling melihat setiap sudut ruang untuk mendapatkan informasi seisi gedung. Informasi mengenai barang atau benda antik pun tak harus diperoleh dari penjaga museum.

Para peneliti Fraunhofer telah menyiapkan sebuah piranti lunak khusus untuk mengubah cara menggali informasi mengenai isi museum. Dalam satu pameran di Museum Alard Pierson Amsterdam, piranti lunak Fraunhofer memberi informasi mengenai isi museum tersebut.

Pengunjung bisa memecet layar atau menggerakkan layar ke arah benda yang ingin dilihat. Secara otomatis, kamera dibelakang layar akan menyorot titik di lokasi yang dimaksudkan. Saat gambar sudah berada di layar, maka layar akan menampilkan gambar, data, dari barang seni tersebut.

Cukup melalui layar datar, pengunjung bisa menjelajah seisi gedung dari berbagai sudut pandang. Gambar lengkap dengan informasi, sekaligus video bisa ditampilkan berdasarkan data dalam piranti lunak buatan Peneliti Computer Graphics Darmstadt (IGD) itu.

"Kami telah mengajarkan komputer mengenali gambar," kata peneliti Fraunhofer IGD, Michael Zöllner. "Program mengetahui ketika kamera menunjuk pada titik tertentu, dan dapat memunculkan tampilan berupa teks, video, atau animasi."

Gambar dalam gambar akan jelas terlihat asli. Pengunjung bisa tahu posisinya saat vituka tour berlangsung. Piranti lunak Fraunhofer di museum dipakai dalam komputer mini yang bisa dikontrol memakai layar sentuh.

Peralatan yang bisa dibawa ini mengindikasikan buku panduan virtual masa datang. Ketika turis memegang alat di depan satu lokasi dan bangunan kuno, maka secara otomatis layar di alat ini muncul informasi mengenai bangunan tersebut.

Fraunhofer pertama kali menggunakan programnya untuk Royal Palace of Venaria di Turin, Italia. Teknologi ponsel baru ini dimasuki data mengenai tempat tersebut. Pengunjung museum bisanya ingin menjelajah dunia masa lalu. Piranti yang ditemukan oleh peneliti, telah diatur sedemikian rupa sehingga pengunjung seolah mengikuti suatu tour hanya melalui satu layar datar.

Nahh,, dari artikel diatas jelaskan bahwa seorang pengunjung museum akan di mudah kan dalam mencari informasi budaya di dalam museum. Tapi sebelum semua itu terealisasi kita dapat mencari semua data budaya secara ONLINE. Cukup menggunakan fasilitas internet beserta browser kita dapat menjelajah budaya di dunia. Tapi saya menemukan beberapa website yang berisikan tentang data museum ONLINE pada link di samping ini http://www.virtualfreesites.com/museums.museums.html di dalam link tersebut ada beberapa link seperti http://www.museum-tours.com/museum/index. htm yang berisikan Egyptian Museum. kesimpulan dari semua bahasan di atas adalah pengaruh teknologi grafik terhadap berbagai macam budaya yang susah di pahami dalam buku atau melihat langsung di museum akan terlihat mudah dengan teknologi visual contohnya yaa museum virtual.


Gambar di bawah ini mungkin bisa menjelaskan tentang gambaran museum virtual yang akan datang pada masa depan.





Referensi:
http://www.tempointeraktif.com/
http://www.virtualfreesites.com/museums.museums.html
http://www.museum-tours.com/museum/index.htm
http://www.geekologie.com/2009/07/08/virtual-dinos.jpg
http://main.makeuseoflimited.netdna-cdn.com/dir/wp-content/uploads/2009/11/virtual-museum2.png

0 komentar:

Posting Komentar